<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6735511\x26blogName\x3ddodYmania+-+a+daring+adventure\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://dodymania.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://dodymania.blogspot.com/\x26vt\x3d-6947541969606263846', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>
a daring adventure...
Profile | Blog | Fellow Blogger | Links | Gallery
Monday, September 18, 2006

 Jakarta Di Otak

Bila anda memberikan penilaian terhadap tajuk di atas sebagai sebuah usaha mendompleng ketenaran buku "Tibet Di Otak" rasanya saya pun tak akan berusaha mengelak. Pemilihan judul tersebut boleh jadi terinspirasi oleh buku yang sudah cukup lama saya nantikan namun baru beberapa pekan silam akhirnya bisa dimiliki. Hanya saja perjalanan kali ini bukan lah menuju Tibet, negri cantik yang menyandang nama Atap Dunia. Mungkin saya harus menunggu cukup lama untuk bisa memenuhi impian itu, mengingat kegiatan menabung untuknya boleh jadi memakan waktu yang tidak sebentar. Cara instan? Ikut saja kuis "Super Deal 2 Milyar" itu *mimpi di siang bolong mode on* :-))

Perjalanan kali ini tak lain dan tak bukan adalah menuju Jakarta. Ibu kota negri ini yang kerap kali dikeluhkan warganya sebagai kota yang tak manusiawi. Bukan sesuatu yang aneh? Terkesan bagai berita jamak yang kerap terdengar setiap hari? Namun sudah lah! Isu itu memang terasa sangat basi untuk dibahas saat ini. Saya pun bisa terserang pusing tujuh keliling bila diminta untuk menuliskannya di sini. Yang ingin saya bahas kali ini adalah alasan mengapa saya mengimbuhkan kata-kata "Di Otak" pada tajuk posting kali ini. Berkaitan dengan buku "Tibet Di Otak"? Ya, tentu saja demikian. Namun ada apa sebenarnya dibalik buku itu?

Dalam buku "Tibet Di Otak" (2005) Yori Antar, Enrico Soekarno, Jay Subyakto beserta tiga orang sahabat lainnya menuliskan:

"Bagi kami sebenarnya perjalanan ke Nepal dan Tibet lebih tepat disebut ziarah. Ziarah untuk mencari jawaban atas begitu banyaknya pertanyaan yang sangat pribadi. Tidak semua pertanyaan terjawab, terkadang setiap jawaban melahirkan pertanyaan baru, namun satu hal yang pasti, perjalanan akan selalu membuka dan memperkaya wawasan..."

Ya, saya menyebut perjalanan ke Jakarta kali ini sebagai suatu "ziarah". Bukannya ingin dicap sok berbahasa Inggris, namun saya pikir akan lebih tepat untuk menempatkan istilah "pilgrimage" guna menghindarkan sedikit kerancuan yang mungkin timbul karenanya. Seorang sahabat menuliskan kota ini sebagai sebuah "cynical place". Namun Jakarta sebagai sebuah tempat pilgrimage? Dan semudah itu menyamakannya dengan Tibet? Ah, tidak kah itu sesuatu yang berlebihan? Atau jangan-jangan: I'm being so cynical that I call this journey a pilgrimage? I don't know... why don't you tell me...

Mungkin memang benar. Saya seakan sudah tak peduli lagi dengan pendapat orang yang mengatakan kalau saya sangat "cynical"...

Tibet memang bukan Jakarta. Dengan pandangan obyektif, kita bisa saja membuat perbandingannya bagaikan bumi dan langit. Tibet tidak akan pernah menjadi Jakarta dan begitu juga sebaliknya. Namun bagi saya: Jakarta bisa menjadi suatu tempat yang sama kuatnya dengan Tibet yang mampu memberikan sebuah pengalaman "pilgrimage" bagi sang petualang yang menjalaninya. Well, setidaknya demikian adanya dalam perjalanan kali ini.

Saya berangkat dengan penuh semangat untuk satu tujuan: menyelesaikan sebuah "unfinished business" dengan salah seorang rekan di sana. Tak peduli saya harus menangis karenanya, yang penting urusan itu harus selesai. Jika tidak, hal ini akan sangat mengganggu sebagaimana orang melukiskannya dengan istilah "duri dalam daging". Tak peduli saya harus berkorban banyak demi perjalanan ini. Oh, betapa idealisnya saya kala itu.

Saya tak kuasa untuk menganggukkan kepala pada ungkapan "Tuhan bekerja dengan cara-caraNya yang misterius". Dan saya pun tak kuasa meneteskan air mata untuk bersyukur. Betapa Tuhan memberikan sesuatu di luar batas imajinasi saya dalam "pilgrimage" kali ini.

Beberapa urusan dapat terselesaikan, beberapa yang lain tidak. Beberapa tujuan dapat tercapai, sementara beberapa lainnya bahkan tak sempat tersentuh. Beberapa urusan tersebut melahirkan berbagai urusan baru yang menantang untuk diselesaikan. Beberapa tujuan itu pula lah yang menciptakan lebih banyak lagi tujuan-tujuan baru yang menjadi tugas saya guna mencapainya suatu saat nanti.

Di luar dugaan, "pilgrimage" kali ini mampu memberikan saya:

  • Makna terdalam akan sebuah persahabatan. Untuk menempatinya di titik terendah sekaligus berjuang untuk mengembalikannya ke posisi semula. Bukan tantangan yang mudah pastinya. Namun bukan berarti saya harus menyerah di depan 'kan? Dalam beberapa kasus, saya sempat dihadapkan pada keputusan bahwa "sometime the solution is not being friend at all". Bukannya menentang, namun saya pikir ada baiknya untuk tetap berusaha memperbaiki "luka" itu. Doakan untuk keberhasilan usaha ini.
  • Good appreciation: 5th Annual Q! Film Festival. Meski hanya sempat menyaksikan dua film darinya [Cut Sleeve Boys (2006) dan Broken Sky (2006)] namun kesemuanya mampu menghadirkan apresiasi saya terhadap serangkaian sinema alternatif yang mengangkat tema AIDS dan GLBT issues. Saya mungkin kurang pantas untuk memberikan komentar teknis, mengingat diri ini sangat jauh dari pakar dunia perfilman. Namun kiranya boleh saya rekomendasikan ajang tahunan ini sebagai agenda menonton film anda di masa mendatang. Nantikan festival berikutnya tahun depan (sekitar awal September) dan pantau terus berita terkini di situs resminya.

  • Pandangan segar: kaum marjinal tidak harus selalu tersisihkan! Ada mainstream ada pula alternative. Ada kaum yang berkuasa dan ada pula kaum yang tersisihkan. Siapa sebenarnya yang menyisihkan kaum tersisih? Mereka yang menduduki gerakan mainstream? Atau jangan-jangan kaum tersisih sendiri lah yang menempatkan diri mereka di pinggir? Apa pun itu, otak saya sedikit berputar dalam perjalanan "pilgrimage" kali ini. Mainstream dan Alternative seharusnya bisa berdampingan. Tidak perlu ada yang terdesak ke pinggiran, baik itu karena disisihkan atau pun menyisihkan diri sendiri. Mainstream bukan lah penguasa tunggal, dan Alternative tidak pula selamanya menjadi yang paling benar. Berdampingan dalam damai; mungkin ide itu lah yang patut bercokol dalam benak kita saat ini. Lagian juga, zaman udah modern gini kok ya masih juga berpikiran ala zaman batu siy? *winks* [Inspirasi dari: "Catatan (yang ter)pinggir" oleh Rizal Iwan]

  • Confirmed reality check: Surabaya memang lebih panas dari Jakarta! Hahaha! Mohon maaf kepada para sahabat yang kerap berdebat dengan saya soal ini. Selama ini saya pikir bahwa setiap tempat negri ini adalah sama panasnya dengan si kota Pahlawan. Dengan mengalaminya sendiri maka perjalanan "pilgrimage" kali ini pun mematahkan pendapat itu. Bahwa di negri ini masih ada tempat yang tidak sepanas Surabaya; salah satunya adalah... Jakarta! Fufufu *wicked smile*

  • Refreshed mind: Love at first sight does not necessarily work at every occasion. And make it even worse: chemistry itself is never enough nor guarantees anything good for a healthy relationship. Well, at least that's what I reckon. Pardon me for being so cynical but they are so last decade! Setidaknya "pilgrimage" kali ini mampu mengulik otak saya bahwa ada banyak jalan menuju cinta. Bahkan dari sesuatu yang tidak pernah diharapkan sekali pun. Kehadirannya justru terasa saat ia tidak berada di sisi kita. crot, terima kasih untuk membuka mata hatiku. Terima kasih pula untuk keberanianmu memenangkan hatiku hanya dengan kenekatan dan kegilaanmu. Hahaha, bener-bener ngga nyangka deh...

  • Good laugh: nothing beats good chat with a good friend! Bertemu kembali dengan sahabat lama memang sangat menyenangkan. Terutama bila kita datang dengan segudang cerita dan keriaan yang sudah lama terpendam. Ada apa dengan hidup kita selama ini, ada apa dengan harapan kita di masa depan. Bahkan cerita sederhana tentang keseharian pun bisa menjadi kisah yang amat istimewa bila itu disampaikan dengan keceriaan seorang sahabat. Untuk sodara kembar saya yang sama-sama bernama "Dodi": looking forward to another KTT Perek Regional. Tanpa disadari Plaza Senayan telah menjadi ajang prostitusi paling happening di Jakarta Selatan, hahaha *Marco mode on*

  • The joy of being ordinary Jakartans. Apa yang dilakukan kebanyakan warga Jakarta untuk melewatkan teriknya akhir pekan mereka? Pergi bersosialisasi ke museum dan galeri seni! Hahaha, berkesan elit sekali ya? And what's for midday snack? Lupakan saja segala produk kapitalis di pikiran anda! Beranikan diri untuk sesuatu yang begitu melekat di hati masyarakat: kue kelapa dan es cendol :-p Tak perlu melihat ke langit; terkadang menjadi rakyat kebanyakan mampu memberikan kesenangan tersendiri. Hanya diperlukan sedikit kenekatan dan semangat petualangan. Another good lesson I learned from this holy pilgrimage.

  • Sejuta pengalaman batin yang amat mengesankan. Mulai dari yang berhasil membuat saya bersedih hingga yang telah memaksa saya dalam tawa kebahagiaan! Dari amarah hingga rasa maaf yang besar dengan membuka pintu hati! Oh, memang benar-benar berjuta rasanya! Lelah kiranya bila saya harus menuliskan kesemuanya di posting ini. Begitu banyak pengalaman lain yang sifatnya amat pribadi. Tidak hanya mereka mampu mengulik otak namun juga hati saya. Tiada pernah saya berhenti bersyukur kepadaNya ... for this daring and rewarding adventure of life :-)

  • and... one more thing: sex has never been so good like these days! Eh, ngga ding... bo'ong! Fufufu... yang ini seharusnya tidak keluar di blog yah! Rahasia perusahaan *wicked smile*

Dengan begitu banyaknya yang saya peroleh dari perjalanan kali ini, tampaknya saya memang harus banyak bersyukur! Bagaimana tidak? Apa yang saya dapatkan ternyata jauh melebihi dari apa yang saya bayangkan! Hehehe! Kalau begini, lega rasanya... to know that my half-a-million rupiahs is being well-spent!


Duo Maut Penguasa Jagat Maya: Priambodo dan Pralangga dalam senyum sejuta umat at Jakarta's coolest sushi haven!

Bersamaan dengan posting ini, kiranya saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk semua sahabat yang telah membuka pintu rumah dan pintu hatinya dengan seluruh kebaikan yang telah diberikan.

  • Bagus; huge thanks for the effective yet efficient transportation and accomodation arrangement. Kalo ngga ada kamu mungkin saya udah nyasar di belantara Jakarta yeeee! Hidup dan berjaya lah NAFED, hehehe!

  • Luigi; terima kasih untuk segalanya. Saya ngga bisa ngomong banyak tapi saya benar-benar paham bahwa kali ini sedang dihadapkan pada pelajaran yang amat berharga. May this enrich my (and our) life(s). Dan yang pasti: hidup Sushi Groove! Hahaha!

  • Aal; doooh... berasa selebritis ya?! Susah banget HP dihubungi :-p Thanks for being good companion at the Q! Fest and the fancy dinner.

  • Bang Beni; thanks for the art gallery tour! Setelah sekian lama akhirnya kesampaian juga untuk ketemuan yah, hehehe! Sukses terus buat "rumpies" :-)

  • Mas Ari; thanks for the short chit chat! Sorry kalo selama ini udah bikin "freak out" kamu! Becanda aja kok... jangan ngambek dong, hahaha!

  • Dodi N alias sodara kembar; thanks for the surprisingly wonderful afternoon talks! Masih banyak yang perlu diobrolin, next time kita bikin KTT Perek Regional yang lebih heboh ya!? Hehehe.

  • Sahabat-sahabat Yayasan Bina Antarbudaya; yang sayangnya tertunda pula perjumpaan kita di sana! Tapi tak apa lah, yang penting: hidup dan maju terus Relawan AFS, yiiihaaaa!!! :-)
... dan untuk cintakuh: kangen banget ama kamu, crot! perjalanan dinas memang melelahkan, ya? kerjo sing tenanan alias ojo kakehan nggambleh! mengko ndak kenek taek lho! hahaha!

Semoga tawa dan keriangan saya mampu memberikan inspirasi tersendiri bagi keindahan hari-hari anda semuanya. Turut berharap pula bagi anda untuk mampu menemukan sebuah bentuk "pilgrimage" yang memperkaya khazanah hati dan otak anda :-) May this finds you all well. Groetjes.

Rujukan:
Antar, Yori et al. 2005. Tibet Di Otak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Iwan, Rizal. 2006. Catatan (yang ter)pinggir, Jakarta: Addiction Magazine (mohon maaf, lupa mencatat edisinya).

Photo credits:
Potala Palace - Tibet; credit to Travel China Guide
National Monument (Monas) - Jakarta; credit to Center for Southeast Asian Studies of University of Wisconsin-Madison [URL]

posted by dodY @ 17:51




Dody Priambodo
Jakarta, Indonesia
mazuta2222@yahoo.com

dodY defines himself as a self-proclaimed late-twenties plain guy. after... God knows how many years, he finally managed to get out from FE Univ. Airlangga. lately, figuring out how to enjoy the heavy workload and endless boredom at work seems to be a challenging adventure. this guy considers himself highly energetic and vibrant, yet balancing banalities of being an incurable drama queen proves to be a full-time challenge. he sees himself clamored by surroundings of good friends that last for a lifetime. how? by ruling the cyber world for sure! this man confidently regards himself as half-Queenslander and being a huge fan of Brisbane Broncos is only a matter of local pride.

dodY lures himself into watchable flicks, smooth jazz, and delectable food. healthy recipes? oh, that stands merely as an unnecessary option! dodY claims himself a huge fan of Hanshin Tigers as a cover-up of having lack interest in sport. he lays great admiration on Carol Shields as much as his enjoyment toward her works. dodY finds an ultimate pleasure on his addiction to "jalan-jalan"; which refers to plenty of travel with lots of leisure. and, oh! this fellow thinks himself as an expert in Community-Development issue in the future. now, let dodY develop himself to behave well for the sake of a community to exist!


blog ini lebih cihuy dibuka pake Get Firefox! cobain deh!
ShoutBox
Previous Posts
Archives
Navigation
Credits
Powered by Blogger.com
Comments Powered by Haloscan.com
visit pralangga.org