naik pangkat; dan ini bukan skripsi saya :-p
OK! Kiranya ini memang tak lazim dilakukan. Dalam perjalanan sejarah dunia blogging yg telah saya lalui hingga kini baru kali ini comments yg disampaikan oleh fellow bloggers sekalian bisa "naik pangkat" menjadi sebuah posting. Bukannya ingin memperpanjang perdebatan namun kiranya dewan pembaca sekalian perlu mendapatkan perspektif yg lebih luas akan posting terdahulu mengenai dunia UMKM. Dan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada fellow bloggers lainnya, kiranya mohon dibukakan pintu maaf sebelumnya untuk comments yg tidak dimuat di posting ini berkenaan respon yg langsung saya berikan di samping masing2 comment yg bersangkutan.Saya harus permisi dulu kepada mas Leo untuk mengutip sebagian pesan saya kepada beliau via japri ke dalam posting kali ini. Hehe, daripada jari2 pegel nulis panjang2 lagi nih, mas... copy and paste aja! Kiranya memang berbagai respon yg masuk pada posting UMKM itu mampu membuat saya sedikit tersenyum. Hanya gara-gara kata kunci "terjebak dalam jeratan skripsi" tak pelak mampu mendorong beberapa dari anda utk salah sangka terhadap saya. Tampaknya banyak juga yg salah menduga kalau UMKM menjadi topik dalam skripsi saya. Oh, tidaaak... tidaaak.. i wish i could have something of my interest for the skripsi project. Buat anda yg belum sepenuhnya mengenal dari dekat... sekedar informasi bahwa saya ambil kuliah jurusan manajemen dengan konsentrasi marketing. Skripsi saya berisi penelitian ttg pengaruh provider expertise terhadap cust. satisfaction melalui "jalur" cust. role clarity, cust. compliance, dan cust. goal attainment pada klinik obesitas "X" di Surabaya. Hehe... jauh bgt ama UMKM 'kan? [P.S. mohon doa restu utk bisa segera lepas dari jeratan skripsi ini, huehuehue]
Ya, mungkin beginilah nasib kalau saya baru menemukan apa yg sebenarnya saya inginkan di penghujung kuliah. Bukannya menyesal... namun kadang saya berpikir kenapa ngga dari dulu aja ngambil jurusan studi pembangunan (SP); yg mana pemberdayaan ekonomi kerakayatan, community development serta berbagai tetek bengek yg berkaitan dengannya dibahas dalam perkuliahan. Jadi, community-development beserta segenap aspek yg berkaitan dengannya mewakili sebuah keinginan dan cita-cita saya yg lumayan ngga nyambung dengan studi yg saya ambil di bangku kuliah ini. Saya rasa memang tak perlu disesali... karena saya yakin kalau Tuhan memberikan pelajaran yg terbaik dalam usaha meraih apa yg saya inginkan. Bukan 'kah begitu, minna-san?
Mari kita mulai dengan comment dari sahabat saya di Liberia, West Africa! LuiGi says:
Dod, UKM dan apapun itu terminologinya harus menyeluruh didukung dari atas sampe bawah, termasuk instrumen pemberdayaan-nya masing2 aklau nggak si kredityang dikucurin akan nguap dengan sasaran yang kurang efektif.. sebenernya system bapak-anak-angkat jaman kemren dulu sih udah bagus hanyanggak konsisisten aja..dan pihak regulator (pemerintah) nggak strictly advising the private sectors untuk secara berkesinambungan mengasuh UKM2 itu..sama ja kok typical di Liberia, dimana banyak bantuan negara donor yang masuk dan bejibun NGO/LSM lokal menjamur seperti cendawan di musim hujan..[edited]
dodY says:
Nuhun pisan, kang! Memang tak dapat disangkal lagi bahwa dukungan dari seluruh pihak terkait dari tingkatan yg paling atas hingga badan yg mengurus operasional di tingkat bawah mutlak diperlukan. Pencanangan Micro-Finance Year oleh pemerintah tentunya diharapkan tak sekedar menjadi penanda seremonial belaka, namun benar-benar mampu menunjukkan kesungguhan dan keberpihakan pemerintah dalam pengembangan dunia UMKM. Tak sekedar dukungan, tentunya hal ini patut disertai komitmen serta dedikasi yg tinggi dari keseluruhan pihak terkait tersebut. Mengenai "tepat sasaran" itu saya rasa memang perlu dilaksanakan identifikasi yg mendalam terlebih dahulu, baru kemudian di tingkat execution perlu diawasi dengan baik agar kredit tidak jatuh ke tangan yg salah dan benar-benar dapat dimanfaatkan sesuai yg telah dirancang sebelumnya.
Sistem bapak-anak angkat itu tampaknya memang perlu mendapat dukungan yg lebih intensif. Bila diperhatikan lebih jauh, tak sedikit BUMN yg sudah berpartisipasi dalam program kemitraan dan pembinaan UKM pada komunitas di sekitar wilayah operasi yang bersangkutan. Sebut saja macam PLN dan Pertamina yg melalui divisi external relations-nya mampu unjuk gigi lebih dulu dalam hal ini. Di lain sisi, sektor swasta pun (baik asing maupun nasional) tak mau ketinggalan dalam hal ini. Umumnya memang dilakukan oleh perusahaan pertambangan dan manufaktur berskala besar, mengingat kekuatan modal, manajemen dan operasional mereka merupakan salah satu keunggulan dan faktor pendorong dalam pelaksanaan program semacam ini. Kontribusi mereka pun sebenarnya sudah cukup terpublikasi secara meluas. Jika anda adalah pemirsa setia acara Bincang Pagi di Metro TV (jam segitu udah ngantor... mana sempet nonton acara ginian?! hehe) maka tentunya tak asing dengan topik pemberdayaan UMKM dalam sepekan liputannya yg pernah disiarkan beberapa waktu lalu. Dengan porsi publikasi yg hanya sepekan itu kiranya memang bisa dipandang belum cukup luas dalam menjangkau dan menciptakan awareness pada masyarakat kita. Dan yg pasti... secara Metro TV ngga nyampe Liberia makanya dikau berkomentar gini 'kan, mas? Hehehe LOL :-) Bagaimana dong? Perlu kah dirancang bentuk publikasi yg lebih meluas dan terpadu? You tell me!
Sejauh pengetahuan saya (mohon maaf dan koreksinya kalau sampai ada yg keliru), memang belum ada peraturan pemerintah dengan kekuatan hukum yg cukup signifikan yang mampu "sedikit memaksa" BUMN untuk berpartisipasi dalam program semacam ini. Dalam perspektif personal saya sikap pemerintah dalam advising the private sectors untuk secara berkesinambungan membina UMKM masih terkesan setengah hati. Mungkin takut yah... asal main gertak kepada mereka. Mengingat kontribusi finansial mereka dalam pemasukan negara memang cukup besar. Berani pemerintah "gebrak meja" sembarangan ntar malah mereka kabur dan kapok berinvestasi di Indonesia. Repot pula ya... untuk hal seperti ini pun perlu pendekatan yang ngga sembarangan. Di lapangan, pelaksanaan program ini masih dilakukan secara sporadis. Mungkin di masa mendatang pemerintah perlu memikirkan usaha2 lebih jauh untuk dapat mengintegrasikan pelaksanaan program ini. Dengan pelaksanaan yg terpadu diharapkan dapat memberikan benefit yg makin besar bagi pengembangan UMKM di negri ini. Amien.
Menyambung komentar LuiGi, sahabat saya Arma Guspia, sang penguasa cyber Bisnis turut berucap:
Saya setuju sama mas Luigi Dod, yang penting itu konsistensi.. program sebaik apapun ngga jalan tanpa konsistensi. Tapi kalo UMKM dikembangin ntar jadi perusahaan gede dong bukan UMKM lagi hwehehe... Yang enak ya semua sektor dikembangin, walaupun UMKM dapat bertahan tooh banyak juga yang tewas, so kalo mau ngebangun sesuatu yang kuat di negara Indonesia ini selain pondasi model usaha kecil juga diperlukan atap/naungan/pelindung maklum iklim tropis kadang2 sering hujan deres hwehehe...
dodY says:
Ya, saya sepakat dengan apa yang disampaikan di sini. Saya rasa memang konsistensi (pada semua pihak terkait) merupakan salah satu kata kunci utama yg mendukung keberhasilan pemberdayaan UMKM. Dan kalau sudah ngomongin konsistensi mau ngga mau juga ikut ngomongin mental aparat pemerintahan kita yang... (uhmm, udah pada tahu sendiri 'kan?) amat bobrok. Dalam kondisi terburuk sekali pun, saya rasa kita memang perlu untuk tetap memegang optimisme yg besar. Bagaimana pun juga, saya yakin hal tersebut tak boleh menjadi penghalang untuk dapat lebih maju. Sebagai agent of change generasi muda diharapkan mampu membawa perubahan akan hal-hal semacam ini. Jadi, ayo kita dukung kaum muda bangsa ini! Ganbatte ne :-)
UMKM jadi gede? Ya bagus 'kan, bang! Masak kita malah mo menghalangi usaha yg kian berkembang itu? Hehehe! UMKM dalam skala kecil dan menengah itu merupakan pelengkap bagi usaha2 berskala besar yg tak boleh terlupakan begitu saja. Idealnya keseluruhan komponen tersebut dapat saling mendukung sehingga jalannya roda perekonomian dapat berlangsung dengan baik. Mengenai pernyataan saya ttg UMKM yang kokoh di tengah sapuan badai krisis moneter itu... hehe... mohon maaf ya! Kiranya pendapat subyektif itu masih perlu teori dan data pandukung lebih lanjut untuk memperkuatnya. Mengenai badan pelindung dalam pengembangan UMKM... hehe... boleh juga tuh! Ya... namanya juga Indonesia, bang! Yang namanya kegiatan ibu-ibu PKK aja ada "dewan pelindung" masa usaha pemberdayaan UMKM kalah harus darinya? Hehe... jadi bukan gara2 hujan deres gituh! Please deh... gak penting banget! LOL :-D
Lebih jauh lagi... sahabat saya sang pengembara di negeri Kiwi a.k.a mas Leo berkomentar:
UKM sebenarnya tidak minta banyak, dan mereka bisa berusaha sendiri. Yang penting, tidak ada pungutan liar, bisa mendapat tempat berusaha, perijinan mudah, bisa akses kredit dan mekanisme pasar berjalan. Eh banyak juga 'yang penting'-nya. Sayang, banyak 'pembina' UKM lebih senang seremonial, membagi2 uang cuma2 dan berpikiran jangka pendek. Tapi semua harus berjalan, meski maju-mundur. UKM akan tetap tumbuh.
dodY says:
waduh mas... ternyata memang banyak juga "yang penting" itu ya? hehe :-) Kalau sudah sampai meluas sampai isu-isu pungli, perijinan hingga mekanisme pasar semacam ini memang repot adanya. Berbagai aspek tersebut memang penting adanya dan tak dapat dipungkiri bahwa isu ini memang saling berkaitan satu sama lain. Pembahasan akan satu aspek tak kan dapat dipisahkan dari aspek lainnya. Bisa-bisa acara diskusi sampe bibir tebal dan tangan pegel-pegel kebanyakan ngetik ngga akan selesai pula. Namun kiranya terdapat satu hal penting dari komentar mas Leo kali ini, yaitu perlunya kita me-recognize kemampuan dan kekuatan dari UMKM itu sendiri. Satu perspektif segar tentunya, mengingat selama ini dunia UMKM sering kali dipandang sebelah mata dalam kekuatannya. Pemerintah sebagai regulator kiranya perlu mempertimbangkan hal ini dalam proses identifikasinya. Jangan sampai kekuatan dan potensi yg sudah dimiliki justru semakin padam hanya demi "penyesuaian / kesesuaian", seperti yang sering didalihkan pemerintah selama ini. Idealnya kekuatan tersebut dapat menunjang perkembangan UMKM itu sendiri sekaligus berperan sebagai pendorong alias motivator bagi rekan-rekan lain dalam perjuangannya.
Tak mau ketinggalan, sahabat saya sejak zaman bahuela... Nauval di Singapore turut berkomentar:
Postingan bagus yang jadi eye-opener buat gue.
My curiosity is Dod, dan Rio juga barangkali, mungkinkah pembangunan infrastruktur itu in sync dengan pengembangan UMKM ini? Dalam artian, setiap pembangunan infrastruktur itu harus berbasis kepada kepentingan yang bisa mendukung kemajuan UMKM, saling mendukung dalam artian bisa memberikan platform bagi satu sama laen to provide supportive aid in certain manners?
Baru komen lagi kalo dah kejawab.
dodY says:
Muchas gracias, mi amigo! Mungkin hal ini bukan lah semata-mata sebuah persoalan bisa atau tidak bisa. Dalam perspektif yang lebih luas, di mana setiap aspek dalam pembangunan saling terkait satu dengan lainnya maka dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastrukur dan pemberdayaan UMKM dapat berjalan selaras. Mohon maaf bila bbrp pernyataan saya yg cynical mengenai pembangunan infrastrktur di posting sebelumnya cukup membuat beberapa pihak naik pitam. Sekali lagi: punten pisan! Bagaimana pun juga, di situ saya juga mengakui bahwa utilitas dari berbagai sarana infrastruktur tersebut masyarakat juga lah yang menikmati. Melalui pertimbangan yang bijak oleh pemerintah, ketangguhan sarana infrastruktur mampu meningkatkan keunggulan komparatif semua komponen industri yang terkait (termasuk di dalamnya UMKM itu sendiri). Dalam perspektif usaha utk bersikap adil, keberhasilan dan utilitas berbagai sarana infrastruktur tersebut nantinya dapat mendukung berkembangnya semua sektor industri yang terkait. Boleh dikata dengan begini percepatan pembangunan infrastruktur merupakan pilihan yg cukup bijaksana dan pelaksanaanya cukup selaras dengan semangat pemberdayaan UMKM yg saya sampaikan sebelumnya. Sedikit banyak hal ini berkaitan dengan "reportase" dari RiO di KKPPI; jadi untuk pemahaman yg lebih komprehensif akan isu ini mari kita ikuti lebih lanjut ulasannya.
Harus saya akui bahwa ketangguhan bapak yang satu ini memang tak perlu diragukan lagi. Kompetensi di bidangnya tak pelak patut diacungi dua jempol (empat jempol kalo anda mengikut-sertakan dua kaki anda, hehe) meski itu harus mengacu pada buku data statistik yang menjadi senjata andalannya. Hehe, jangan marah ya, bang! Di awal mungkin terkesan sedikit emosional... rekan kita yang satu ini berusaha menangkis "celaan" yg saya ajukan melalui posting di blog saya. Maklum, yang bersangkutan memang dikenal rada sewot... sekalinya "kena" dikit aja langsung ngeles deh! Huahuahaa... garus banget ah! Namun kiranya hal ini perlu dikaji lebih mendalam, mengingat esensi yg berusaha ia sampaikan sesungguhnya lebih dalam dari itu. Bukan... itu bukan usaha pembelaannya dari serangan yang saya lancarkan. Melalui komentar panjangnya di posting saya tertanggal 7 Maret itu Rio berusaha menyampaikan perspektif segar yg lebih luas untuk dewan pembaca sekalian akan sepak terjang percepatan pembangunan infrastruktur yg menjadi fokus pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu dibawah pimpinan presiden SBY, serta relevansinya dengan pemberdayaan UMKM; seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya.
Dengan gaya-nya yang khas dan santai namun tetap serius, bang RiO bertutur menyampaikan pandangannya berikut ini:
Aduh Dod, kalo kamu suruh aku buat menjelaskan secara detil, mabok aku rek! Aku nggak ngerti soal usaha kecil dan menengah karena perencanaan kebijakannya lintas departemen, dan terus terang, I know nothing about it.Mari kita fokus soal infrastruktur dan kenapa infrastruktur jadi pusat perhatian pembangunan bagi kabinet indonesia bersatu.
Setelah krisis, pemerintah terlalu fokus kepada masalah fiskal dan moneter, dengan antara lain pembentukan bppn. Hasilnya, pembangunan ekonomi masih bergerak di angka 4-5 persen. Not bad, tapi nggak cukup untuk mengentaskan angka kemiskinan (16,6%) hingga setengahnya dan membuka lapangan kerja baru bagi pengangguran terbuka dan terselubung (9,5%) menjadi sekitar 6% dalam lima tahun ke depan.
Untuk mengatasinya, pemerintah perlu meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi rata-rata dalam lima tahun mendatang pada angka di atas 6%. Perlu ada percepatan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan angka pembangunan tersebut.Dan setelah ditimbang sana-sini, ternyata, infrastruktur dianggap sebagai sektor yang dianggap paling mampu menjadi lokomotif pembangunan lima tahun mendatang sehingga pembangunannya pun menjadi prioritas utama.
Aku nggak bilang bahwa pembangunan UKM nggak penting, tapi mungkin menurut pemerintah, UKM masuk dalam salah satu gerbong yang nanti akan ditarik oleh lokomotif pembangunan itu, infrastruktur. Sekarang pertanyaannya, kenapa infrastruktur?
Kita lihat negara lain yuk. China dan Malaysia baru mulai membangun jalan tol pada pertengahan tahun 1980-an, tapi sekarang di China jalan tol itu panjangnya udah lebih dari 5000km, sementara Malaysia sekitar 1000km. Indonesia mulai membangun lebih dulu, 1977, tapi panjang jalan tol yang udah dibangun sekarang baru sekitar 660km.
Pelabuhan Shanghai sekarang jadi salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dengan kapasitas bongkar muat kargo sampai 12 juta TEUS (satuan kargo), sementara Tanjung Priok baru mencapai lebih sedikit d [text incomplete]
Sambungan telepon di Indonesia juga masih rendah tingkat layanannya berbanding populasi yang hanya mencapai 3,25% dibandingkan Vietnam (3,67%) atau China (13,81%) dan Malaysia (19,91%).
Sekarang pertanyaan berikutnya, lantas apa pentingnya pembangunan infrastruktur?
Dod, kebayang nggak kalo jalanan jelek maka truk-truk yang ngangkut sayur dari pedesaan nggak akan bisa mencapai kota dalam waktu cepat sehingga sayuran itu jadi busuk dan nggak bisa dimakan? Terus, kalo kapasitas pelabuhan kita begitu rendahnya, maka time of delivery produk ekspor kita akan jadi sangat lambat karena lamanya bongkar muat di pelabuhan sehingga para konsumen kita di luar negeri jadi jengkel dan mengalihkan ordernya ke negara lain yang mampu mengirim lebih cepat dan tepat waktu?
Kebayang nggak sih kalo tingkat telepon kita yang sedemikian rendah sehingga ketika sebuah perusahaan hanya punya satu nomor telepon dan ketika ada pesanan yang akan masuk, faks yang akan masuk, nggak akan berhasil, dan lagi-lagi konsumen yang tak sabar akan mencari produsen lain? Karena kenyataan pahit yang harus dihadapi, di era pasar bebas zaman sekarang, Indonesia bukan satu-satunya penghasil tekstil, minyak mentah, ataupun komoditas pertanian dan perkebunan di dunia ini. Dan keunggulan komparatif apa yang bisa ditawarkan kalau bukan kemampuan kita untuk melayani pembeli dengan cepat dan tepat?
Dan semua itu membutuhkan infrastruktur yang maju dan berkembang sehingga diharapkan dapat menciptakan trickle down effect ke segala sektor pembangunan, termasuk UKM.
Duh, Dod, serius, baru kali ini aku komentar sampe harus buka data statistik, hehe....
dodY says:
Wahh... bang! Ck ck ck... pengentasan kemiskinan serta pengurangan pengangguran sebanyak itu beneran serius ya? Tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 6% gitu? Aje gileee... balik ke zaman-nya Pak Harto dulu dunk?! Kalo dah gitu dolar bisa balik dua-rebu-lima-ratus lagi ngga? Buset dah, gw balik ke Aussie lagi deh kalo memang bener begitu! Hehehe... ngaco banget ngga siy! Memang benar adanya kalau pertimbangan untuk memilih fokus pembangunan di bidang tertentu tak dapat lepas dari perdebatan dan polemik panjang. Tak ada pilihan yg benar-benar baik dan mampu memuaskan semuanya, mengingat banyaknya pihak yg terlibat sehingga mau tak mau munculnya conflict of interest tak lagi terhindarkan. Tapi tentunya berbagai consideration akan cost and benefit yg akan dihadapi sudah ditimbang dengan baik oleh pemerintah. Melalui percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan berbagai sektor industri di negri ini dapat ikut terdorong maju.
Merujuk pada paparan data statistik di atas, jelas lah sudah tak dapat dipungkiri lagi kalau sarana infrastruktur yg baik akan mendukung tingginya competitive advantage bagi seluruh sektor industri yg terkait. Hal ini kiranya berkaitan dengan sifat dari sarana infrastruktur tsb yg mendukung operasional sektor industri tersebut. Dengan begini kita semua dapat merasakan manfaat dari sarana infrastruktur kita 'kan? Satu lagi deh pesan saya... untuk peningkatan infrasturktur komunikasi (khususnya telpon) saya harap hal ini dibarengi dengan penataan manajemen yg lebih baik dan terarah. Hapuskan monopoli Telkom!!! Sebagai banceh ring-ring sejati saya benar-benar tercekik dengan tarif telpon yg aje gile mahalnya itu! Yakin deh... urusan komunikasi lancar pasti yg lain juga ikut beres! Kalo seret macam skrg ini... gimana urusan bisnis bisa mulus? Ya 'kan?!?! Setujuuuu... hehe LOL :-)
OK deh, bagaimana pun juga kita harus optimis dan turut memberikan dukungan demi keberhasilan ini. Bagaimana bisa berhasil kalo ngga kita juga yang mendukungnya? Pake acara ribut? Ke laut aja deh! Bayangin... demo trus gimana bisa produktif? Katanya demo tolak kenaikan harga BBM? Kok demonya pake arak-arakan motor! Kalo mo bener2 demo ya jalan kaki aja terus. Tinggalkan mobil dan motor anda di rumah... pasti hemat BBM 'kan? Katanya turut prihatin dengan keadaan rakyat? Kok malah anggota DPR minta naik gaji segede gambreng gitu? Kalo ribut-ribut sewaktu sidang ngga kalah seru ama acara Smack Down-nya WWF lho! Pake acara gontok-gontokan, saling dorong, saling timpuk dan saling lempar segala! Apa ngga hebat tuh!? Heran ya... kayak gitu kok bisa jadi wakil rakyat kita? Itu dulu yg milih sapa siy? Aku gak melok-melok lho :-p [Hehehe, dapat salam dari yg ngga ikut nyoblos gara-gara telat daftar]. Sutra lah, kalau kebanyakan ribut-ribut dan demo trus macam itu, kapan mo kerja gitu loh, haha! Ayo rek... be productive!
Wis yo... kesel tenan iki nulis'e. Kalo mo komentar ya monggo. Cuma kali ini ngga usah pake acara "naik pangkat" jadi posting ya!? Capek banget ngetiknya! Mana panjang2 gitu, hehehe! Hope this finds you well. Until my next posting, sukses selalu dalam karya dan cipta! Have a HardRocking Week, minna-san :-)
groetjes,
dodY
xxxx
PS. Bukannya mo sok judes dan sewot... sekedar menepis anggapan yg menyebut bahwa kita hanya bisa hura-hura dan tak peduli pada keadaan sekitar. Masih banyak generasi muda bangsa ini yang bisa berkontribusi serta produktif demi kemajuan negri ini. Hanya dengan dukungan anda semua lah keberhasilan dan cita-cita mulia tersebut dapat terwujudkan. Ayo!!! Maju terus generasi muda Indonesia!
back to front page / kembali ke Blog