|
|
Sunday, June 06, 2004 |
|
Kamis, 3 Juni 2004
Sedih... dan sedih...
Well... ngga tau mesti mulai dari mana tapi rasanya memang sedih banget. Orang yang amat dicintai ternyata begitu membenci saya. Walau sedih menerpa, rasanya saya hanya bisa menerima dengan hati yang besar. Ada kalanya orang sedang not in the good mood sehingga segala sesuatunya berasa serba salah aja. Dan itu lah yang mungkin sedang terjadi pada saya.
Rencananya weekend ini sang Opium akan berkunjung ke rumah saya. Melepas rindu yang selama ini telah membebani kami. Sudah cukup lama kami menantikan ini, namun ada saja yang menggagalkan rencana itu. Seminggu sebelumnya kami sudah merencanakan ini semua. Bahkan pada malam sebelumnya (Rabu, 2/6) dengan penuh kegembiraan dia mengirim SMS berusaha mengkonfirmasi rencana keberangkatannya untuk Kamis sore, demi bisa sampai di sini malam harinya. Saya balas pesan tersebut dengan menghubunginya kembali dan berucap untuk tidak melakukan pemesanan tiket dahulu. Ntar aja, besok pagi/siang aku kabari lagi kepastiannya yah? Dan dia pun menyetujui usul tersebut.
Sodara-sodara saya rencananya pada mo berangkat ke Bandung hari ini (and spend the rest of the weekend di sana) untuk acara pesta pernikahan salah seorang kerabat. Sebenarnya ini lah kesempatan yang ingin kita gunakan. Dengan tidak terlalu banyak orang di rumah (ngga berasa ribut) sang Opium bisa lebih santai maen ke rumah dan spend the weekend w/ me dengan lebih leluasa... hehehe... maunya seh gitu! Namun apa daya... rencana itu gagal. Pada last minute, sodara2 saya membatalkan rencana keberangkatan ke Bandung itu dengan pertimbangan urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan (Jum'at adalah normal working day, ngga ikut libur gitu lho). Hal ini sebenarnya cukup mengejutkan, mengingat rencana ini sudah disusun jauh hari oleh ibu saya. Dan... when it comes to her plan, no one argues! Tapi entah lah... namun begitu lah kejadiannya! Keberangkatan ke Bdg dibatalkan!
Tentu saja hal ini mengacaukan rencana kita. Siang hari saya kirim SMS utk sang Opium mengenai kejadian ini. Dengan berucap betapa sedihnya saya akan kejadian ini. Kesempatan untuk bisa bertemu untuk melepas rindu kali ini gagal lagi. Sederhana pula jawab yang ia berikan... "yah kalo gitu mending ke Surabaya lain waktu aja". Bisa saya rasakan betawa sedih dan kecewanya dia dari pesan yang ditulisnya itu. Lalu saya balas pesan itu dengan menawarkan untuk tetap saja datang ke sini dengan menginap di luar atau dengan opsi alternatif akan saya yang pergi ke tempatnya. Demi berusaha membahagiakannya mengingat rencana semula gagal terlaksana.
Katanya di rumah ada kakakmu? Kan jelas ga bisa? Nginap di luar sih gpp, tp eman2 duitnya. Kamu ga usah ke sini deh. Aku dah terlanjur daftar general check-up tadi siang.
sang Opium
sent: 15:49:02 on 03.06.2004
Air mata itu mulai menetes. Tak sanggup rasanya saya menahan kesedihan itu. Berucaplah permohonan maaf itu.. akan kegagalan rencana ini yang turut membuatnya bersedih. Saya menawarkan opsi alternatif itu demi membahagiakannya... hanya demi tak ingin mengecewakannya... beberapa menit kemudian pesan balasannya masuk ke ponsel saya.
aku udah terlanjur kecewa tuh. habis awalnya kamu yakin gitu. taunya belakangan malah gak jadi. tapi gapapa, paling ngga aku bisa general check-up.
sang Opium
sent: 15:56:23 on 03.06.2004
Kepedihan yang saya rasakan semakin membesar saja. andai saja ada yang bisa kulakukan demi memperbaiki ini semua. kembali saya sampaikan penyesalan itu. akan pembatalan keberangkatan itu yang memang benar-benar last minute dan di luar kendali saya. ngga tau mesti sedih yang gimana lagi.
last minute ato ga cancel-nya, selama kamu ga kasih kepastian dulu, ya aku ga perlu nunda2 yg laennya kan? aku bahkan udah pamit ama org rumah gara2 kamu yakin gitu.
sang Opium
sent: 16:08:35 on 03.06.2004
tersentak oleh hal ini... masih dengan kepedihan itu. saya hanya bisa meminta maaf lagi. teramat menyesal dan meminta maaf akan dirinya yang sudah terlanjur prepare sampe segitu. makanya saya ngga berani suruh brkt naek kereta (pake pesen tiket segala gitu maksudnya) pada hari sebelumnya karena belum pasti juga. dengan maksud menunggu konfirmasi saya pada Kamis pagi/siang untuk keberangkatannya ke Surabaya. Lalu paging text itu kembali masuk ke ponsel saya...
Kamu gak yakinnya kan baru kemaren sore. Sebelumnya yakin 80% kan?
sang Opium
sent: 16:14:42 on 03.06.2004
Siapa yang ngga sedih membaca pesan itu. Hati saya hanya bisa merasakan kepedihan itu. saya hanya bisa memohon maaf akan selama ini yang ternyata sudah terlalu "obral janji" dan kepastian padahal akhirnya ada saja hal yang bikin saya ngga bisa melakukan itu semua. saya hanya bisa meminta maaf...
Ya sudahlah. kali kita emang ga berjodoh buat ketemu lagi
sang Opium
sent: 16:17:19 on 03.06.2004
Perih... saya hanya bisa menunduk dalam kesedihan yang mendalam.
Berikutnya, semua bentuk komunikasi terputus. SMS yang saya kirim tak satu pun yang terbalas. Terlepas dari semua laporan status "delivered" yang masuk ke ponsel saya. Semua panggilan telpon saya juga tidak dijawab, bahkan masuk dalam reject list. Ini lah hebatnya Nokia 3650 yang mampu me-reject incoming calls dengan mengelabuinya sebagai panggilan masuk. Dengan 2 kali nada panggil kemudian langsung masuk ke mailbox. Hingga saat ini kebisuan dan kesunyian itu masih berlangsung. *perih* Semakin tak berarti saja diri ini buatnya.
Mungkin ada benarnya di kala itu saya merasa akan diri ini yang tak cukup berarti buatnya. Adalah betapa pun saya berusaha itu semua tak cukup membuatnya bahagia. Meaningless alias tak berarti apa-apa! Kegagalan saya serasa sebuah "rencana yg sudah disiapkan sebelumnya", meski hal itu di luar kendali saya. Tak pernah sekali pun ingin menyakitinya, namun dengan kekacauan itu semuanya jadi berantakan. Adalah sebuah kesedihan yang tiada tara dicampakkan seperti itu. Adalah begitu rapuhnya diri saya... yang berantakan begini karenanya!
Masih terngiang ucapannya ketika memutuskan saya dua bulan yang lalu. "Sudahlah... akhiri saja hubungan ini. Kita mungkin tidak lagi terikat hubungan pacar, namun yang pasti masih tetap berteman. Jangan khawatir... ada istilah mantan pacar, tapi ngga ada kan istilah mantan teman?" Oh... andai itu benar adanya! Saya rasa kepedihan itu teramat mendalam hingga sulit bagi saya untuk bisa sembuh darinya. Sebagai seorang kekasih saya telah "gagal" membahagiakannya, betapapun niat saya untuk memperbaiki dan berusaha yang terbaik untuknya... semua itu tak mampu merubah apa pun. Lalu sekarang, sebagai seorang teman pun saya tak mampu membahagiakan dirinya. Kegagalan dan kekacauan tadi telah menghancurkan segalanya. Sedih memang, saat seorang sahabat tak lagi berarti buat kawannya.
04-April-2004: Selamat! Anda sekarang menjadi mantan-pacar saya!
03-Juni-2004: Selamat! Anda sekarang menjadi mantan-teman saya!
Saat ini memang saya masih bersedih. Namun saya juga ngga bisa terus-terusan seperti ini. Perih sudah adanya dicampakkan, saat saya gagal menjadi kekasihnya! Apalagi saat sebagai seorang teman saya juga tak sanggup membahagiakannya... teramat pedih dicampakkan sebagai seorang "mantan teman"! Mungkin memang saya harus terima ini semua. Saya ngga bisa seenaknya saja menilai orang, tapi mungkin dirinya memang sedang "not in the good mood". Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik saja buatnya! Cintaku selalu untukmu, Sayang.
tjnd
xxxx
posted by dodY @ 16:29
|
|
|
|
|
|
|
|
back to front page / kembali ke Blog