|
|
Saturday, February 18, 2006 |
|
maju terus pejuang cinta!
The quest of finding a perfect partner can somehow be a tricky business. What might seem promising at an early stage may suddenly switch into a hopeless one in just a moment. Hal ini tentu juga berlaku sebaliknya. Tidak lah menutup kemungkinan dari apa yang tadinya biasa-biasa saja kemudian berubah menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan. Bagaikan sebuah roller-coaster yang berputar cepat, pada zaman seperti ini tampaknya memang tidak ada hal yang tetap tinggal di tempat. Perubahan posisi mau tak mau menjadi bagian yang tak terlepaskan dari keseharian kita. Sebut saja mulai dari missionary position, doggy style dan... eh.. eh... ini kok berubah jadi "Cosmo's Sex Lesson" yah? Hehehe! *mupeng mode on*
I guess we just never know what might be happening and waiting around the corner. Jika hidup memang penuh dengan kejutan (baik itu yang menyenangkan maupun yang menyebalkan) mengapa kita tidak mencoba menikmatinya saja? Take it easy as it comes. Ya ya, memang mudah hanya berucap di bibir. Namun ada kah demikian dalam pelaksanaanya? Hehehe, tak perlu beradu pendapat, saya yakin anda sudah cukup dewasa dengan jawaban masing-masing.
Sebagian orang memandang bahwa hidup manusia ditakdirkan untuk berpasang-pasangan. Kiranya saya pun tidak akan menolak pemikiran semacam itu. Saya pun melihat diri saya memiliki kebutuhan aktualisasi diri melalui kehadiran seorang pasangan. Namun tantangan yang sesungguhanya boleh jadi tidak lah sesederhana itu. Ketidak-cocokan diri dengan pasangan, beda prinsip, beda hobi, beda suku bahkan berbeda keyakinan sekali pun tak jarang mendasari alasan perpisahan dari sebuah pasangan. Bukannya mau menghakimi, saya hanya sekedar mencoba menenangkan diri sendiri bahwa being single dan being in a relationship keduanya sama-sama memiliki tantangan (dan juga reward) tersendiri.
Berakhirnya hubungan pacaran saya pada bulan Oktober silam boleh jadi merupakan salah satu kejadian yang memilukan hati. Meski tidak sampai berlarut-larut namun tetap saja hal ini meninggalkan sebuah luka di hati. Tak lama berselang, hadirlah dia yang mengisi keceriaan hari-hari saya. Terima kasih kepada keajaiban dunia Friendster yang mampu menghadirkan a perfect stranger menjadi seorang yang menghangatkan hati. Ya, awalnya memang saya merasa biasa-biasa saja. Komunikasi yang intens ada lebih padanya. Hingga rasa itu kian tumbuh dan... hehehe... lama-lama naksir juga tuh :-)
Jika anda perhatikan posting yang satu ini, sebenarnya tulisan itu khusus saya dedikasikan kepadanya. Kami pun sempat terpikirkan untuk meresmikan kedekatan kita dalam sebuah relationship seperti layaknya kebanyakan orang. Namun kiranya kami berdua tak ingin gegabah mengingat jalan yang kita lalui masih panjang. Masih banyak yang ingin kami kenal dari dalam diri masing-masing sebelum keputusan untuk "jadian" tersebut kami ambil. Beberapa hari menjelang pertemuan saya dengannya banyak hal yang berubah. Kehangatan yang dulu terasa secara perlahan semakin pudar. Meski untuk urusan ngobrol kita nyambung-nyambung aja... tapi... rasanya chemistry-nya memang sudah tiada. Ditambah lagi dengan cara kami bersikap satu sama lain tampaknya memang ikut memperkeruh suasana.
Mungkin apa yang dituliskan Melly Goeslaw dalam lagu "Oh Cinta" (dinyanyikan oleh "Warna") mampu menggambarkan apa yang terjadi di antara kami berdua:
...masa kau tak bisa merasa? tak ada nyaman dalam cinta kita langit dan matahari muram, lihat kita berduaan...
Meski belum ada ikatan resmi, bagi saya ini tetap saja cukup menyakitkan. Mengingat sebelumnya sudah ada ikatan emosional yang cukup kuat. Tapi saya mencoba melihat sisi baik dari pengalaman ini. Jika memang menjalani hubungan asmara dengannya begitu menyakitkan harus kah ini semua dilanjutkan? Sepertinya saya memilih untuk tidak melanjutkannya lebih jauh. Ngga kuat beneran kalau harus jadi korban perasaan terus menerus :-( Mungkin anda memberikan label bahwa saya tidak cukup berusaha, tapi jika harus tetap bertahan tersakiti hanya untuk sebuah alasan cinta... wah, saya rasa tidak lagi! Seperti layaknya pada film-film produksi Bollywood: Nehi!
Dek, kalau kamu baca tulisan ini jangan buru-buru tersinggung yah? Bukannya saya mau ngata-ngatain but I guess this just won't work for us. As you said to me: maybe it's just too late to fix things up. Maybe you're right. Things don't work out between us, jadi ngga perlu nyalahin siapa-siapa 'kan?!
Tak lama berselang, seorang sahabat dengan segala kebaikan dan kemuliaan hatinya (halah!) mencoba memperkenalkan saya dengan salah seorang rekannya. Ampun deh, sepertinya saya sudah desperate yah? Sampai-sampai sahabat saya harus turun tangan menjadi mak comblang? Hehehe. Perkenalan saya dengannya boleh dibilang berjalan lancar-lancar saja. Begitu juga dengan kencan pertama kami. Saya pun terkesima dengan kesantunan hati dan kesederhanaannya. Feels good at the first time, right? But wait...
Tampaknya tantangan yang lebih besar telah menanti di balik sudut jalan. Memang, kalau sekedar ngobrol sih nyambung-nyambung aja. Kata-kata yang terucap mungkin saja memang berada di dalam ruangan, tapi rasanya pikiran kami berdua berada di tempat lain yang berbeda juah. Saya mesti "kerja bakti" ekstra keras untuk bisa membuat kami benar-benar "emotionally-connected". Sepertinya saya merasa benar-benar tidak tahu. Ada kah ini hanya sekedar urusan yang memerlukan waktu ekstra atau kah memang kami benar-benar tidak bisa "nyambung"? Hehehe... as usual: time will tell.
Saya sadar bahwa kali ini saya sedang terengah-engah kehabisan napas gara-gara berlari kencang mencari seorang pasangan yang tepat. Mungkin ini lah waktunya untuk beristirahat sejenak dan mengumpulkan energi untuk melanjutkan perjuangan tersebut (halah!). Yes, I know. Finding a perfect partner can somehow be a tricky business namun bagi saya mungkin tidak ada kata berhenti dalam perjuangan mencari cinta. Kali ini yang saya butuhkan hanya lah beristirahat sejenak dan sementara waktu memusatkan pikiran untuk urusan-urusan lainnya. Seperti yang diucapkan Hellen Keller: "Life is either a daring adventure or nothing". Nah, perjuangan mencari cinta pun bisa disebut sebagai sebuah "daring adventure" bukan? Hehehe :-)
Viva Blogger Indonesia! So... sahabat blogger semuanya: saya kembali jomblo niy! Maka kobarkan kembali api cinta kalian yang dulu pernah padam. Yang dulu pernah naksir tapi belum kesampaian ngomong sama saya... ayo-ayo... hatiku kembali terbuka untuk kalian. Saya ngga keberatan kok untuk menjalin cinta sesama blogger. Hehe, kembali ke cerita lama niy (halah!). Nyalakan kembali api cinta itu dan bersama kita hangatkan dunia (halah!). Hehehe, kompor kali yah :-p
*kabuuuuuuur*
Semoga posting kali ini mampu memberikan inspirasi tersendiri bagi keceriaan hari-hari anda. Sekaligus saya berharap kisah ini mampu memperkaya khasanah kehidupan kita semua. Hope this finds you all well and have a hardrocking journey! A journey to find a perfect partner, begitu maksudnya :-)
groetjes,
dodY xxxx
Credit: Photograph by Stefanny Imelda (taken from Kalyanashira Film's arisan!)
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 13:41
|
|
|
|
|
|
Friday, February 10, 2006 |
|
"membuka mata hati"; mungkin memang itu lah jawabnya...
Sudah hampir beberapa bulan belakangan ini kerap kali saya diliputi emosi yang cukup mendalam. Sebuah hal yang sepele saja dengan mudah mampu memacu rasa amarah saya. Hanya karena hal yang kecil pun tak jarang kami bertengkar. Tanpa alasan yang mendasar sering kali saya memperuncing permasalahan yang kami hadapi, hingga berlarut-larut yang seolah tiada berujung. Entah bagaimana mesti menjelaskannya: mungkin karena beban pikiran yang berat lah yang membuat kami acap kali mengedepankan emosi. Hmm... tentunya ini tiada bermaksud mencari kambing hitam dengan menyalahkan pekerjaan.
Ya, kami memang sudah tidak lagi terikat dalam sebuah pertalian asmara.
Pada saat "hubungan" kami berakhir, saat itu juga saya berpikir bahwa segala urusan di antara kami berdua juga akan mengalami hal yang serupa. Namun ternyata banyak hal yang tidak lah cukup sederhana untuk dapat dipahami semudah yang saya inginkan. Berakhirnya "hubungan" itu ternyata justru menjadi awal dari beberapa pertentangan di antara kami berdua. Tak jarang kami bertengkar hanya karena hal yang kecil. Beberapa pertentangan pendapat tak dapat terelakkan hanya karena salah pengertian di antara kami berdua.
Saya pun merasa amat kesal. Rasa amarah yang mendalam lagi tak tertahankan pun akhirnya berkecamuk dalam hati saya. Pada saat yang bersamaan saya juga merasakan sebuah kesedihan yang cukup besar. Sebenarnya yang saya inginkan hanyalah kami bisa tetap bersahabat tanpa harus saling beradu argumen dalam balutan emosi yang memuncak. Yang saya inginkan hanyalah kami bisa menjaga silaturahmi yang sempat memudar hanya karena berakhirnya tali asmara kami. Yang saya inginkan hanya lah kami dapat tetap bersapa dan bertutur dalam tawa dan canda seperti dulu... jauh sebelum kami memutuskan untuk "jadian".
Namun sungguh berat rasanya untuk bisa mencapai itu semua. Mengembalikan keindahan persahabatan kami ternyata tidak lah semudah membalikkan telapak tangan. Apa lagi dengan adanya kejadian berakhirnya status "berpacaran" kami. But the world goes on while we indulge ourselves in sadness. Memang tidak lah mudah... Kemudian saya berpikir bahwa hal ini tak boleh dibiarkan terus berlanjut. Saya tak ingin kami berdua terus menerus menyimpan amarah. Saya tak ingin kami berdua terus diliputi emosi setiap kali bertutur sapa. Bagaimana pun juga hubungan baik harus tetap dibina. Saya pun kemudian memutuskan untuk membicarakan hal ini dengannya.
Beberapa malam yang lalu kami duduk berdua mendiskusikan apa yang selama ini kami alami. Tentang apa saja yang terjadi setelah kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan "pacaran" itu. Tentang apa saja yang kami rasakan... dan tentunya juga tentang apa yang kami harapkan.
Memang benar. Segala sesuatu yang dibicarakan dalam hati tenang akan mudah mencapai tujuannya. Saya melihat ke belakang: pada saat-saat di mana kami mengedepankan emosi dalam berbagai pembicaraan kami. Sulit sekali untuk bisa membuat pasangan memahami dan mempercayai akan apa yang kita sampaikan. Saya menemukan bahwa pada saat kami membuka hati hambatan yang berat sekali pun rasanya bisa kita lalui.
Mata hati pun terbuka. Kami berusaha untuk melihat, memahami dan merasakan satu sama lain. Tentunya dalam hati yang tenang, bukannya dalam emosi seperti apa yang berlangsung sebelumnya. Dan dengan hati yang terbuka lah kami berusaha menyelesaikan segala pertentangan dan amarah yang kami alami selama ini.
Ya, kami memang sudah tidak lagi terikat dalam sebuah pertalian asmara...
Jika anda perhatikan salah satu posting saya, tentunya kini terjawab sudah pertanyaan akan kisah mana yang sebenarnya saya maksudkan di posting ini. Dan pula bagaimana kelanjutan kisah asmara tersebut. Memang bukan lah kejadian "kemarin malam", bukan pula "minggu lalu". Kalau boleh dibilang mungkin memang sudah cukup lama. Sekitar pertengahan Oktober lalu tepatnya. Sengaja tidak langsung menuliskannya karena pada saat itu saya tengah diliputi emosi yang mendalam. Dan kini dengan hati yang terbuka baru lah saya memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang terjadi dan apa yang saya rasakan.
Ya, pertalian asmara itu memang telah berakhir...
Seperti yang pernah Nauval sampaikan kepada saya: "no break-up is easy"; kiranya memang ini bukan lah hal yang bisa kami anggap enteng semata. I came to one point where I find out that we can't get to our object of affection. It's like our affectionate feeling gets stuck at a point (and simply not going anywhere).
Rasanya tidak lah adil untuk melimpahkan semua kesalahan ini padanya. Saya merasa bahwa kami berdua turut berperan dalam berakhirnya pertalian tersebut. Kami berdua telah mencoba untuk menjalani sebaik-baiknya; namun apa daya ternyata usaha tersebut tidak lah membuahkan hasil. Berat baginya untuk menjalani hubungan ini, sementara itu ekspektasi saya berjalan menuju arah yang tiada bertemu dengan keinginannya.
Saya dapat pastikan bahwa ini bukan lah disebabkan oleh kehadiran orang ketiga. Bukan pula karena jarak yang begitu jauh memisahkan kami berdua. From this lesson I've learned that different people carry different kind of love, and care. Kami berdua paham benar bahwa kami masih saling menyayangi. Namun sayangnya ekspektasi dari masing-masing individu tidak dapat terpenuhi: then the crash is simply unavoidable.
Pembelajaran kami untuk bisa saling mengendalikan diri memang masih harus menempuh perjalanan yang panjang. Di sini lah kami belajar untuk bersikap jujur; tidak hanya terhadap pasangan tapi juga terhadap diri sendiri. Di sini lah pula kami belajar untuk bisa bersikap arif dan bijaksana dalam memahami pasangan dan juga diri sendiri. And from this time forward: kami akan menjalani persahabatan dan menjaga tali silaturahmi ini sebaik-baiknya. Insya Allah.
Semoga tulisan saya kali ini mampu memberikan inspirasi bagi anda untuk selalu dapat membuka hati terhadap semua hal. Betapa baik maupun buruknya hal yang disampaikan di sini; saya berharap posting kali ini dapat memperkaya khasanah kehidupan keseharian anda. Hope this finds you all well and have a hardrocking weekend, minna-san :-)
groetjes,
dodY xxxx
PS: buat mantan-mantan saya yang lain: mohon maaf kalau selama ini saya sudah banyak salahnya, yah?
to Nauval, a million thanks for those priceless supports. Kamu benar-benar sudah banyak membantu saya. Berat rasanya bagi saya untuk bisa melalui ini semua tanpa dukungan dari kamu. Thank you for simply being there for me.
to Nizar, terima kasih untuk tetap bertahan menemani saya; bahkan di masa-masa sulit sekali pun. Pokok'e kita berdua harus tetep berjuang ya, Ta! Eh... eh... dapet salam tuh dari (mantan) calon Bu Mentri! [hehehe, yang tau cuma kita berdua, yah]. Ada yang sampe kebawa mimpi segala, lho! Sampe sekarang tetap berharap: kalau pun ngga kesampaian jadi Bu Mentri... yaaahhh... paling ngga sempet ngerasain jadi Bu Rektor lah (istrinya rektor; gituh maksudnya)! Tapi kalau itu pun ngga dapet juga; maka target minimal yang harus dicapai adalah Bu Dekan! Bayangin aja... tuh orang udah mencak-mencak tiap hari. Masa punya suami pejabat segitu aja ngga "dapet jatah" untuk bisa jadi Dekan, yah?
Abis gimana ngga kebelet ngejar posisi itu... tunjangan jabatan dan tunjangan fungsional-nya lumayan lho! Paling ngga cukup buat acara jalan-jalan ke Eropa, 'kan? Jadi, ngga perlu lagi pake alasan "kunjungan kerja" atau "conference" kalo memang ke sana buat acara shopping. Duuuhh, ngerasa ngga siy... conference/training-nya berapa hari... jalan-jalannya berapa hari, gituh? Huauahaahauhua.... *tertawa berguling-guling* ... *LOL* :-)
buat yang masih penasaran: posting satu garis tipis sama sekali ngga ada hubungannya ama yang satu ini. jauh banget kali yah :-p secara juga orang-orangnya beda gitu loh! jadi ngga usah nyebarin gosip dan spekulasi yang ngga-ngga deh :-)
ya... gw emang balik single lagi. buat yang mo deket'in gw... buruan aja atuuuh :-) kalo anda memang beruntung maka anda bisa dapetin saya... *berasa sok selebritis* heuheuhee *LOL*
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 21:18
|
|
|
|
|
|
Wednesday, February 01, 2006 |
|
Weekend Trip to Thailand
G'day minna-san! Apa kabar semuanya? Hope this short posting finds you all well and in good health. I'm basically doing just fine despite those endless boredom yang akhir-akhir ini tiada habisnya melanda keseharian saya (halah!). No major complaint gitu lah pokoknya :-p Dan sebelum saya melangkah lebih jauh, kiranya saya ingin mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh sahabat atas segala ucapaan serta doa pada ulang tahun saya beberapa pekan silam. Ninien says hi dan juga menitipkan salam serta rasa terima kasih untuk segenap rekan blogger sekalian atas perhatian yang diberikan.
Oh ya, kali ini saya ingin berbagi kebahagiaan dengan anda semuanya melalui "senyum sejuta umat" yang teramat legendaris itu *melirik mas Leo*. Foto-foto di bawah ini diambil kala kunjungan singkat saya ke Thailand pada akhir pekan silam. Sebuah kuil kecil, bernama Wat Ken Park, just about two-hour drive north of Krungthep (Bangkok). Memang bukan lah perjalanan hura-hura yang penuh warna, mengingat kepergian saya ke Thailand kali ini sebenarnya dalam rangka mengunjungi salah seorang sahabat yang baru saja melangsungkan pernikahannya :-)
senyum manis nan menawan di Wat Ken Park
nah, kalau yang ini bergaya ala "peace greeting" (baca: salam perdamaian... halah!)
Boleh dibilang kalau posting kali ini termasuk ke dalam kategori kegiatan iseng saya. Terlalu iseng hingga sebagian teman menanggapinya sebagai sebuah tindakan "usil" :-p Jadi... kepada ibu yang satu ini, bapak yang satu ini dan terutama ibu yang satu ini: untuk sementara waktu tutup mulut kalian dulu yah?! Dan bagi anda yang masih penasaran dengan keusilan apa yang sebenarnya saya maksudkan: oh well... tunggu jawabannya pada posting selanjutnya :-)
Mohon maaf yang sebesar-besarnya berkenaan dengan sindrom malas posting yang nampaknya kali ini kembali melanda diri saya. Posting ini pun tersajikan dalam versi yang teramat "compact" :-) Semoga senyum dan keceriaan saya kali ini mampu memperkaya khasanah "sense of humor" serta memberikan inspirasi tersendiri bagi keindahan hari-hari anda sekalian. Take care and have a hardrocking week, minna-san!
groetjes,
dodY xxxx
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 20:04
|
|
|
|
|
|
|
|