<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6735511\x26blogName\x3ddodYmania+-+a+daring+adventure\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://dodymania.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://dodymania.blogspot.com/\x26vt\x3d-6947541969606263846', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>
a daring adventure...
Profile | Blog | Fellow Blogger | Links | Gallery
Thursday, December 08, 2005

 Satu Garis Tipis

Berapa jarak yang memisahkan Jakarta dengan London? Berapa jarak yang memisahkan tawa dengan tangis? Bagaimana membedakan gaya hidup di Paris dengan Tokyo? Lalu, berapakah jarak yang memisahkan antara cinta dan kebencian? Adakah batasan akan sesuatu yang amat berbeda tiba-tiba menjadi begitu kabur hingga kita kerap kali sulit membedakannya? In a world full of cynicism, it’s really hard to tell the difference between love and hate.

Rasanya aneh sekali. Dia yang dulunya adalah cinta terbesar dalam hidup saya sontak berubah menjadi seorang musuh yang amat saya benci setelah pertalian asmara itu terputuskan. Dulu saya memanggilnya dengan sebutan "sayang", kini rasanya begitu berat hati untuk tetap merujuk dirinya dengan sebutan itu. Kala seorang teman menanyakan kabarnya, saya pun hanya bisa menjawab dengan penuh sinisme: "Oh, maksud kamu kabar "Si Brengsek" itu? Mana aku tahu? Aku pun sudah tak lagi peduli dengannya!". Kalau pun kita bertemu segalanya tak bisa kembali seperti dulu lagi. Orang yang tak tahu apa-apa pun bisa merasakan betapa angkara sedang meliputi kami berdua.

Dalam hal berbicara pun kami menganut prinsip "hemat berucap" alias ngga bakal ngomong kalo ngga ditanya dan kalo ada perlunya. Sulit sekali untuk menemukan saat-saat di mana kami bisa berbincang dengan santai. Yang ada hanya lah nada bicara yang tinggi penuh dengan amarah. Tak heran emosi begitu mudah terlecut dalam setiap pembicaraan kami. Aneh ya? Padahal dahulu kami saling mencintai... saling merindu... saling mengasihi satu sama lain. Dia lah dulu yang setiap malam saya telpon hanya untuk sekedar mengucapkan "Selamat malam, Sayang. Aku cinta kamu". Tidak kah aneh? Cinta dan kebencian ternyata hanya dipisahkan oleh satu garis tipis? Perih sekali: finding out your biggest love turns out to be your worst enemy.

Jika anda berpikir hal itu hanya berjalan satu arah maka rasanya anda keliru. Boleh jadi apa yang saya alami berotasi dengan cepat hingga banyak kejadian pun berlangsung dengan berbalik arah. Sempat saya berkenalan dengan salah seorang sahabat baru. Tawa dan candanya yang begitu "hidup" mampu mengisi keindahan dalam keseharian saya. Namun karena satu kejadian yang menyakitkan segalanya pun berubah. Sebuah konflik antaranya dengan salah satu sahabat lain kiranya turut berimbas pada kehidupan saya. Sempat pula terlontar kata-kata yang tak sedap darinya kala itu. Kontan saya pun membencinya. Segala sesuatu pembicaraan tentang dirinya pasti akan saya hindari. Sebutan "Si Brengsek" pun dengan mudah melekat pada dirinya (tentunya atas pemberian dari saya).

Ingin rasanya menangis. Andai saja saya bisa memutar waktu: ingin hati menghapus kehadiran dirinya dalam hidup saya. Sungguh saya tak menyangka dia sanggup menyakiti hati saya (dan sahabat saya) hingga perih itu tetap membekas. Sedaya upaya saya berusaha melupakan dan mengacuhkan dia. SMS dari dia pun tak lagi saya gubris. Sapaan darinya di dunia maya pun saya anggap sekedar angin lalu. Saya merasa menjadi manusia yang amat kejam. Oh, maafkan lah saya, namun hati ini sungguh tersakiti olehnya. Sulit bagi saya untuk begitu saja bisa menerimanya kembali seperti dulu.

Lalu datang lah momen hari raya. Saya pun mencoba (meski itu berat adanya) untuk membuka pintu hati saya dalam memberikan maaf kepada mereka yang telah meninggalkan perih di hati ini. Mungkin ada benarnya akan apa yang pernah disampaikan oleh bapak yang satu ini dalam salah satu komentarnya pada posting saya yang terdahulu: forgiveness prevails. Sedikit demi sedikit hati saya pun terketuk untuk kembali menerima kehadirannya dalam hidup saya. Sapanya yang penuh goda melalui dunia maya kembali mengisi keceriaan dalam keseharian saya. Dari apa yang selama ini tak diinginkan kini saya justru menantikan kehadirannya. Rasa suka padanya yang dulu pernah tumbuh (namun sempat terbunuh sesaat) kini pun bersemi kembali.

All those midnight calls... oh, betapa kini saya merindunya. Believe it or not: rasanya saya kembali jatuh cinta kepadanya. Namun tunggu dulu! Semuanya ternyata tidak hanya berhenti sampai di sini. Dia pun akhirnya mengakui betapa dulu dia menyayangi saya di kala kami saling bertemu dalam beberapa kesempatan. *Gubrak* ... *Pingsan* ... Kenapa tidak dari dulu saya menyadari hal ini? Bodoh nian, bukan? *LOL*

Memang keadaan kini tak lagi sama dengan dahulu ketika pertama kali kami saling mengenal. Kalau sudah begini haruskah saya menyalahkan dirinya? Atau menyalahkan diri sendiri? Darinya sempat terucap: "Seandainya saja dulu kita bisa bertemu dalam situasi yang berbeda (tanpa diliputi dengan rasa benci dan amarah)". Kini saat rasa sayang itu hadir kembali dalam diri saya... akan kah cinta yang kini saya rasakan dapat terjalin dengannya? Bingung pula saya mencari jawabnya. Mungkin ada baiknya membiarkan sang waktu untuk menjawab semua pertanyaan itu.

Tidak kah ini sungguh aneh? Dia yang dulunya amat saya benci kini berbalik menjadi yang amat saya cinta. Ada kah tiba-tiba dunia berputar terlalu cepat hingga segala sesuatunya berjalan berbalik arah? Memang benar: cinta dan kebencian hanya dipisahkan oleh satu buah garis yang amat tipis. Tanpa disadari, mungkin begitu juga lah adanya dengan berbagai hal yang selama ini kita anggap saling bertolak belakang. Ada kah sesuatu yang selama ini kita sebut dengan "perbedaan fundamental" benar-benar eksis? Rasanya ini pun tidak lah mudah untuk dijawab begitu saja, bukan?

Apa pun itu... setidaknya saya sudah berusaha untuk membuka hati saya. Ya... forgiveness prevails! Meski itu belum sepenuhnya demikian... Maklum saja, perih yang membekas di hati saya ternyata membutuhkan cukup banyak waktu untuk bisa tersembuhkan.

Tiba-tiba saya pun terbangun dan tersadarkan diri:

I'm being cynical and I live in a world full of cynicism...

Saya memberikan kebebasan sepenuhnya bagi anda untuk memetik makna dan inspirasi dari pengalaman ini. Tak peduli betapa baik dan buruknya itu, saya berharap kesemuanya mampu memperkaya khasanah kehidupan anda semua. May this posting finds you all well. Have a hardrocking week, minna-san.

posted by dodY @ 20:25




Dody Priambodo
Jakarta, Indonesia
mazuta2222@yahoo.com

dodY defines himself as a self-proclaimed late-twenties plain guy. after... God knows how many years, he finally managed to get out from FE Univ. Airlangga. lately, figuring out how to enjoy the heavy workload and endless boredom at work seems to be a challenging adventure. this guy considers himself highly energetic and vibrant, yet balancing banalities of being an incurable drama queen proves to be a full-time challenge. he sees himself clamored by surroundings of good friends that last for a lifetime. how? by ruling the cyber world for sure! this man confidently regards himself as half-Queenslander and being a huge fan of Brisbane Broncos is only a matter of local pride.

dodY lures himself into watchable flicks, smooth jazz, and delectable food. healthy recipes? oh, that stands merely as an unnecessary option! dodY claims himself a huge fan of Hanshin Tigers as a cover-up of having lack interest in sport. he lays great admiration on Carol Shields as much as his enjoyment toward her works. dodY finds an ultimate pleasure on his addiction to "jalan-jalan"; which refers to plenty of travel with lots of leisure. and, oh! this fellow thinks himself as an expert in Community-Development issue in the future. now, let dodY develop himself to behave well for the sake of a community to exist!


blog ini lebih cihuy dibuka pake Get Firefox! cobain deh!
ShoutBox
Previous Posts
Archives
Navigation
Credits
Powered by Blogger.com
Comments Powered by Haloscan.com
visit pralangga.org