|
|
Thursday, December 22, 2005 |
|
selamat hari ibu
Kasih seorang ibu kepada anaknya tak akan mampu ditandingi oleh apa pun. Cinta seorang bunda kepada buah hatinya tiada batas dan tiada akhir. Tiada mungkin bagi saya untuk dapat membalas betapa besar kasih, sayang dan cinta beliau kepada saya. Pada hari yang istimewa ini semoga sepucuk tanda ucapan rasa syukur ini mampu membawakan pesan cinta saya kepadanya.
Happy Mother's Day. I love you, Mom. Thanks for being the sunshine of my life
Semoga hari spesial ini mampu memberikan inspirasi bagi anda semua untuk mengucapkan rasa terima kasih dan memberikan cinta kepada ibu anda masing-masing. Dan semoga, rasa syukur dan cinta itu tidak hanya untuk hari ini saja... tapi pada setiap hari dalam kehidupan anda.
Hope this finds you (and your mom) well. Have a great Mother's Day, minna-san.
groetjes,
dodY xxxx
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 21:10
|
|
|
|
|
|
Friday, December 16, 2005 |
|
Dukung MB UGM dalam Grand Prix Marching Band 2005
OK... listen up, people! This is very important! Demi menyelamatkan dunia dari kelesuan yang mendalam pada penghujung minggu: dengan segala kerendahan hati saya memohon anda semua untuk mengosongkan agenda akhir pekan kali ini. Terutama bagi anda yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya (buat yang di luar Jakarta kalo mo bela-belain dateng juga ngga papa, hehehe). Mari berbondong-bondong menuju Gelora Bung Karno di Senayan untuk menyaksikan salah satu atraksi terbesar tahun ini: Grand Prix Marching Band 2005.
Grand Prix Marching Band (GPMB) yang pertama dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1982. Dalam perjalanannya hingga saat ini telah banyak perkembangan yang cukup berarti hingga penyelenggaraanya mendapat sambutan baik dari masyarakat. Tak kurang dua puluh satu peserta dari kategori umum dan sekolah datang dan berkompetisi di ajang ini. Tidak terbatas hanya dari wilayah Jabotabek, cukup banyak peserta datang dari berbagai penjuru tanah air. Tahun ini menandai penyelenggaraan Grand Prix Marching Band yang kedua-puluh-satu. Sungguh bukan lah suatu perjalanan yang singkat. Sepak terjang event ini dalam memajukan dunia marching band di tanah air tidak bisa dipandang sebelah mata begitu saja. Semoga kali ini kontribusi yang diberikan olehnya mampu memajukan dunia marching band menuju ke arah yang lebih baik dan tentunya membentuk generasi muda yang tangguh dan unggul bagi bangsa Indonesia (duh, pidatonya udah kayak Presiden SBY belum siy? hehehe).
Kalau ditanya mengapa kali ini saya menuliskan dan menggalang dukungan bagi UGM dan bukannya Univ. Airlangga yang merupakan alma mater saya yang tercinta... kiranya jawabannya sangatlah sederhana! Ya ampun.... secara kampus gw ngga punya marching band gitu loh, hehehe. Kasian banget ngga siy?. Bukannya tidak cinta terhadap alma mater sendiri, namun memang karena kegiatan semacam ini (baca: marching band) kurang mendapat tempat di hati Pak Rektor. Kampus gw duitnya seret, lain dengan UGM yang jor-joran ngeluarin duit. Lho, ini kok jadi buka aib kampus sendiri siy? *jedor-jedorin kepala sendiri ke tembok*, hahaha! Lagi pula: ini semua demi mendukung "si adek" yang kali ini ikut berlaga di ajang kompetisi tersebut. Siapa sih sebenarnya dia? Ehhheem... eehheemm... *terbatuk-batuk*, hehehe... ngga penting deh! Ntar-ntar aja ceritanya kalo soal itu *winks* Yang penting 'kan ayo rame-rame nonton Grand Prix Marching Band :-)
Sekilas tentang Marching Band UGM Marching Band Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu unit kegiatan Mahasiswa (UKM) bidang seni di UGM yang berdiri sejak tahun 1979, meski sejak awal 70an kegiatan drum band di UGM sendiri sebenarnya telah ada. Pada 11 Maret 1979, Drum Band UGM yang diketuai oleh Subandrio dan di bawah pembinaan Ir. Arya Ronald, mulai melakukan penataan terhadap struktur organisasi. Tanggal itu ditetapkan sebagai hari berdirinya Drum Band Universitas Gadjah Mada (DB UGM). Unit ini bertujuan untuk ikut aktif melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, serta mempererat kekeluargaan dan membina rasa cinta almamater.
Dalam masa pembinaan Isharyanto, S.H., muncul suatu prestasi yang cukup membanggakan ketika mengikuti Grand Prix Marching Band (GPMB) I di Jakarta pada tahun 1982. Dalam perkembangan selanjutnya, unit ini pun menamakan diri "Marching Band UGM" (MB UGM). Perubahan ini disesuaikan dengan dinamika kegiatan yang memadukan unsur baris berbaris dan seni musik, di mana unsur brass menjadi semakin dominan.
Berbagai prestasi membanggkan berhasil ditorehkan MB UGM. Pada ajang Grand Prix Marching Band (GPMB) ke-17 (2001) di Jakarta, MB UGM tampil sebagai Band Terbaik III Babak Penyisihan, Field Commander Terbaik II, Solo Percussion Terbaik I, Duet Horn Terbaik I, Solo Horn Terbaik II, dan juga sebagai Band Terbaik V Divisi Sekolah. Di luar arena kompetisi GPMB, MB UGM juga berhasil mengukir prestasi sebagai Colour Guard Terbaik keenam pada kejuaraan Guard Contest Hamengku Buwono Cup (2003) di Yogyakarta.
MB UGM Menuju GPMB 2005 Ajang kompetisi GPMB menempati posisi penting dalam pengembangan prestasi MB UGM. Segala persiapan dilaksanakan dengan serius. Latihan secara intensif telah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya. Dalam disiplin yang tinggi, setiap anggota ditempa untuk dapat memberikan yang terbaik. Tidak hanya latihan rutin di wilayah kampus, MB UGM juga melewati proses karantina di wilayah Akademi Militer (AkMil) di Magelang, Jawa Tengah demi persiapan yang lebih matang.
Karantina MB UGM berlangsung lima hari dari 7 hingga 11 Desember 2005 di GOR Soeroto, AKMIL Magelang. Hal ini merupakan proses latihan terakhir MB UGM sebelum berangkat menuju arena pertempuran GPMB 2005. Seluruh materi dan konsep pagelaran telah berhasil dituntaskan selama lima hari tersebut, dan untuk menguji hasilnya MB UGM melakukan dua buah penampilan.
Penampilan pertama berlangsung di outdoor dalam acara Genderang Lokananta yang diselenggarakan pihak AKMIL. Acara ini disaksikan oleh seluruh komponen dan pejabat-pejabat tinggi di AKMIL serta masyarakat umum. Sementara penampilan kedua merupakan konser pamit yang disaksikan oleh para alumni dan orang tua player dan diselenggarakan untuk menutup prosesi latihan selama lima hari.
Tim MB UGM berangkat menuju Jakarta dari Gelanggang Mahasiswa UGM, Bulaksumur, Jogja pada 13 Desember 2005 Pukul 00.00 (dini hari). Prosesi Keberangkatan diawali dengan Apel dan Checking serta Acara Pelepasan yang direncanakan akan dilepas langsung oleh Wakil Rektor Kemahasiswaan UGM, Dr. Chairil Anwar. Tim MB UGM berangkat dengan menggunakan dua buah bus dan sebuah truk. Dijadwalkan tiba di Jakarta pada 14 Desember 2005 untuk kemudian menginap di Pusdiklat Pajak di wilayah Slipi. Proses latihan selama di Jakarta akan dilaksanakan di GOR Pertamina di wilayah Simprug.
Europe... Journey to the Highland Setelah sukses dengan Asia… Sound, Shape, n Color dalam Grand Prix Marching Band XX tahun 2004 lalu, kini Marching Band Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan kembali menggoyang Istora Gelora Bung Karno. Masih dalam rangka mengelilingi dunia, dalam penampilan kali ini Marching Band UGM mengusung tema Europe… Journey To The Highland. Sebuah persembahan yang menampilkan karakteristik lokal dari dataran tinggi Eropa.
Lagu-lagu yang akan dibawakan antara lain: Toss the Feature (dipopulerkan the Corrs), Eiffel I'm in Love, Carnaval the Paris, Malaguena dan Tocatta d’ Feague. Dalam ajang kompetisi ini MB UGM dipimpin oleh tim pelatih dengan komposisi Band Director dan Horn Line oleh M. Rachmat Mulia, Battery Percussion oleh Dian Listyadi, Colour Guard oleh Yudi, Pits Instrument oleh Yoga dan Drill Design oleh Zarkhasi Arman Mberu.
Credit: diambil dari tulisan dari M. Zuhdan Fathoni pada situs Trendmarching.
GPMB: Events and Contact Details Acara puncak Grand Prix Marching Band XXI kali ini berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu, 17 - 18 Desember 2005 di Gelora Bung Karno, Senayan. Hari pertama diawali dengan Upacara Pembukaan GPMB XXI-2005 pada pukul 09.00 WIB. Selanjutnya akan dilaksanakan Babak Penyisihan Divisi Sekolah dan Divisi Umum yang diikuti dengan pengumuman peserta yang maju ke babak final pada masing-masing divisi (diperkirakan pada pukul 19.30 WIB). Hari terakhir ajang kompetisi ini (18 Desember 2005) akan diisi dengan pelaksanaan Babak Final dari Divisi Sekolah dan Divisi Umum (mulai pukul 10.00 WIB) yang dilanjutkan dengan Pengumuman Pemenang dan diakhiri dengan dengan Upacara Penutupan GPMB XXI-2005 (diperkirakan pukul 18.30 WIB) yang menandai selesainya rangkaian acara tersebut.
Terdapat 17 (tujuh belas) anggota dewan juri dalam ajang kompetisi ini. Dengan diketuai oleh Iwan Christanto (Jakarta) dan wakilnya Benny Prasetyo (Bandung) bersama 15 anggota lainnya, dewan juri akan menilai seluruh tim yang berlaga dalam beberapa kategori (bidang) penilaian; antara lain: marching & maneuvering; display & showmanship; ma-horn line; solo & duet horn; ma-horn line, solo horn, FC; ma-percussion line, solo perc; general effect; colour guard; dan busana.
Ajang kompetisi GPMB 2005 kali ini diikuti oleh 21 peserta yang terbagi dalam dua divisi. Pada Divisi Sekolah diikuti oleh: 1. Ki Barak Panji Sakti Singaraja, Bali 2. Bhumi Pura Wira Wibhawa Depok, Jabar 3. Listya Dwijaswara Cirebon, Jabar 4. Korps Putri Tarakanita, Jakarta 5. Corps Putri Darunnajah, Jakarta 6. Bahana Cendana Kartika Duri, Riau.
Sedangkan pada Divisi Umum diikuti oleh: 1. Gema Nada Darussalam Gontor, Jatim 2. Saka Bhayangkara Makassar, Sulsel 3. Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta 4. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 5. Gita Wibawa Pradja Tangerang, Banten 6. Bulldozer, Jakarta 7. Top d&bc "Blast" Batu, Jatim 8. Gema Citra Telkom Indonesia Balikpapan, Kaltim 9. Gita Shandy Putra PT. Telkom Langsa, Nangroe Aceh Darussalam 10. Semen Padang, Sumbar 11. Gema Wibawa Mukti Bandung, Jabar 12. Angkasa Pura II Tangerang, Banten 13. Gita Teladan, Jakarta 14. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 15. Madah Bahana UI Depok, Jabar.
Sesuai jadual yang terlah disusun panitia, pada babak penyisihan (17-Des) Tim MB UGM akan tampil pada urutan ke-20 pada pukul 17.50 - 18.10 WIB.
Tiket dapat diperoleh di lokasi. Untuk Babak Penyisihan, harga tiket sebagai berikut: Tribun Kehormatan: Rp 100.000, Tribun Timur VVIP: A1-B1-B5 Rp 50.000, Tribun Timur VIP: A2-A9 Rp 35.000, Tribun Utara & Selatan A3 - A8: Rp 10.000, Tribun Barat B2-B3-B4: Rp 5.000,
Untuk Babak Final, tiket dijual dengan harga sebagai berikut: Tribun Kehormatan: Rp 150.000, Tribun Timur VVIP A1-B1-B5: Rp 65.000, Tribun Timur VIP A2-A9: Rp 40.000, Tribun Utara & Selatan A3 - A8: Rp 15.000, Tribun Barat B2-B3-B4: Rp 10.000,
Ngga mahal 'kaaaaaaaaaan.... so, pada dateng semua yah, hehehhe :-) Untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi panitia GPMB 2005 di nomor telepon 021-7291284 atau fax 021-7243943.
To AP: Ganbatte ne! Viva UGM!!! Viva UGM!!! Viva UGM!!! :-) Ayo.. berjuang yang keras yah! Ngga rugi deh, latihan kerasa dibela-belain sampe tengah malam, sampe badan pada pegel dan sakit semua, hehe. Cari duit sponsor dan ngurusin nota pembayaran sampe ratusan jeti gituh! Wheleeeeh... ngelu tenan, tho?! Ayo... ayoo.. ayoo... berjuang lah! Kamu pasti bisa! Maaf ngga bisa datang ke Jakarta. Cuma bisa bantu doa dari sini. Makanya ini menggalang dukungan buat tim kamu supaya temen-temen di Jakarta bisa kasih support.
Semoga semangat dan perjuangan "a la" marching band kali ini mampu memberikan inspirasi tersendiri bagi keceriaan anda semua. Hope this finds you well dan jangan lupa datang dan saksikan Grand Prix Marching Band 2005 di Senayan pada akhir pekan ini.
groetjes,
dodY xxxx
Referensi dan kredit foto: Situs Trendmarching. Situs Resmi Grand Prix Marching Band. Situs Resmi Marching Band UGM. Situs Indomarching.
PS: dek, buruan pulang yah! kangen banget niy! i love you!
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 15:13
|
|
|
|
|
|
Thursday, December 08, 2005 |
|
Satu Garis Tipis
Berapa jarak yang memisahkan Jakarta dengan London? Berapa jarak yang memisahkan tawa dengan tangis? Bagaimana membedakan gaya hidup di Paris dengan Tokyo? Lalu, berapakah jarak yang memisahkan antara cinta dan kebencian? Adakah batasan akan sesuatu yang amat berbeda tiba-tiba menjadi begitu kabur hingga kita kerap kali sulit membedakannya? In a world full of cynicism, it’s really hard to tell the difference between love and hate.
Rasanya aneh sekali. Dia yang dulunya adalah cinta terbesar dalam hidup saya sontak berubah menjadi seorang musuh yang amat saya benci setelah pertalian asmara itu terputuskan. Dulu saya memanggilnya dengan sebutan "sayang", kini rasanya begitu berat hati untuk tetap merujuk dirinya dengan sebutan itu. Kala seorang teman menanyakan kabarnya, saya pun hanya bisa menjawab dengan penuh sinisme: "Oh, maksud kamu kabar "Si Brengsek" itu? Mana aku tahu? Aku pun sudah tak lagi peduli dengannya!". Kalau pun kita bertemu segalanya tak bisa kembali seperti dulu lagi. Orang yang tak tahu apa-apa pun bisa merasakan betapa angkara sedang meliputi kami berdua.
Dalam hal berbicara pun kami menganut prinsip "hemat berucap" alias ngga bakal ngomong kalo ngga ditanya dan kalo ada perlunya. Sulit sekali untuk menemukan saat-saat di mana kami bisa berbincang dengan santai. Yang ada hanya lah nada bicara yang tinggi penuh dengan amarah. Tak heran emosi begitu mudah terlecut dalam setiap pembicaraan kami. Aneh ya? Padahal dahulu kami saling mencintai... saling merindu... saling mengasihi satu sama lain. Dia lah dulu yang setiap malam saya telpon hanya untuk sekedar mengucapkan "Selamat malam, Sayang. Aku cinta kamu". Tidak kah aneh? Cinta dan kebencian ternyata hanya dipisahkan oleh satu garis tipis? Perih sekali: finding out your biggest love turns out to be your worst enemy.
Jika anda berpikir hal itu hanya berjalan satu arah maka rasanya anda keliru. Boleh jadi apa yang saya alami berotasi dengan cepat hingga banyak kejadian pun berlangsung dengan berbalik arah. Sempat saya berkenalan dengan salah seorang sahabat baru. Tawa dan candanya yang begitu "hidup" mampu mengisi keindahan dalam keseharian saya. Namun karena satu kejadian yang menyakitkan segalanya pun berubah. Sebuah konflik antaranya dengan salah satu sahabat lain kiranya turut berimbas pada kehidupan saya. Sempat pula terlontar kata-kata yang tak sedap darinya kala itu. Kontan saya pun membencinya. Segala sesuatu pembicaraan tentang dirinya pasti akan saya hindari. Sebutan "Si Brengsek" pun dengan mudah melekat pada dirinya (tentunya atas pemberian dari saya).
Ingin rasanya menangis. Andai saja saya bisa memutar waktu: ingin hati menghapus kehadiran dirinya dalam hidup saya. Sungguh saya tak menyangka dia sanggup menyakiti hati saya (dan sahabat saya) hingga perih itu tetap membekas. Sedaya upaya saya berusaha melupakan dan mengacuhkan dia. SMS dari dia pun tak lagi saya gubris. Sapaan darinya di dunia maya pun saya anggap sekedar angin lalu. Saya merasa menjadi manusia yang amat kejam. Oh, maafkan lah saya, namun hati ini sungguh tersakiti olehnya. Sulit bagi saya untuk begitu saja bisa menerimanya kembali seperti dulu.
Lalu datang lah momen hari raya. Saya pun mencoba (meski itu berat adanya) untuk membuka pintu hati saya dalam memberikan maaf kepada mereka yang telah meninggalkan perih di hati ini. Mungkin ada benarnya akan apa yang pernah disampaikan oleh bapak yang satu ini dalam salah satu komentarnya pada posting saya yang terdahulu: forgiveness prevails. Sedikit demi sedikit hati saya pun terketuk untuk kembali menerima kehadirannya dalam hidup saya. Sapanya yang penuh goda melalui dunia maya kembali mengisi keceriaan dalam keseharian saya. Dari apa yang selama ini tak diinginkan kini saya justru menantikan kehadirannya. Rasa suka padanya yang dulu pernah tumbuh (namun sempat terbunuh sesaat) kini pun bersemi kembali.
All those midnight calls... oh, betapa kini saya merindunya. Believe it or not: rasanya saya kembali jatuh cinta kepadanya. Namun tunggu dulu! Semuanya ternyata tidak hanya berhenti sampai di sini. Dia pun akhirnya mengakui betapa dulu dia menyayangi saya di kala kami saling bertemu dalam beberapa kesempatan. *Gubrak* ... *Pingsan* ... Kenapa tidak dari dulu saya menyadari hal ini? Bodoh nian, bukan? *LOL*
Memang keadaan kini tak lagi sama dengan dahulu ketika pertama kali kami saling mengenal. Kalau sudah begini haruskah saya menyalahkan dirinya? Atau menyalahkan diri sendiri? Darinya sempat terucap: "Seandainya saja dulu kita bisa bertemu dalam situasi yang berbeda (tanpa diliputi dengan rasa benci dan amarah)". Kini saat rasa sayang itu hadir kembali dalam diri saya... akan kah cinta yang kini saya rasakan dapat terjalin dengannya? Bingung pula saya mencari jawabnya. Mungkin ada baiknya membiarkan sang waktu untuk menjawab semua pertanyaan itu.
Tidak kah ini sungguh aneh? Dia yang dulunya amat saya benci kini berbalik menjadi yang amat saya cinta. Ada kah tiba-tiba dunia berputar terlalu cepat hingga segala sesuatunya berjalan berbalik arah? Memang benar: cinta dan kebencian hanya dipisahkan oleh satu buah garis yang amat tipis. Tanpa disadari, mungkin begitu juga lah adanya dengan berbagai hal yang selama ini kita anggap saling bertolak belakang. Ada kah sesuatu yang selama ini kita sebut dengan "perbedaan fundamental" benar-benar eksis? Rasanya ini pun tidak lah mudah untuk dijawab begitu saja, bukan?
Apa pun itu... setidaknya saya sudah berusaha untuk membuka hati saya. Ya... forgiveness prevails! Meski itu belum sepenuhnya demikian... Maklum saja, perih yang membekas di hati saya ternyata membutuhkan cukup banyak waktu untuk bisa tersembuhkan.
Tiba-tiba saya pun terbangun dan tersadarkan diri:
I'm being cynical and I live in a world full of cynicism...
Saya memberikan kebebasan sepenuhnya bagi anda untuk memetik makna dan inspirasi dari pengalaman ini. Tak peduli betapa baik dan buruknya itu, saya berharap kesemuanya mampu memperkaya khasanah kehidupan anda semua. May this posting finds you all well. Have a hardrocking week, minna-san.
selengkapnya/read more...
posted by dodY @ 20:25
|
|
|
|
|
|
|
|